Sabtu, 28 November 2015

Rumah Hampir Roboh, Warga Miskin di Pangandaran Minta Perhatian Pemda


SJO PANGANDARAN - Khasan Basri (41) adalah warga Dusun Budiasih Desa Cibenda RT.1/RW.18, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Bertahun-tahun bersama isteri dan 3 orang anaknya menempati rumah yang nyaris roboh dengan dinding bilik bambu yang sudah berlubang-lubang serta atapnya akan ambruk karena dimakan usia.


Bila hujan turun, tak pelak airpun masuk kedalam rumah lewat lubang dinding rumah yang ukurannya sekitar 5 hingga 10 cm, serta dari atap genting yang sudah banyak pecah dan berjatuhan.

“Jika hujan kami pun kebingungan mau tidur dimana karena seluruh rumah basah dan selalu dibayang-bayangi ketakutan jika sewaktu-waktu rumahnya roboh.”ujar Basri kepada seputarjabar.com, Sabtu (28/11)


Rumah tersebut semi permanen, namun tembok setinggi 1 meteran tersebut pasangan batanya sudah rapuh dan penuh lumut. Sedangkan bilik bambu sebagai dinding sudah lapuk karena usia, maka kalau tidak ditopang dengan bambu dari luar sudah pasti roboh. Sedangkan kayu rangka atap rumah juga sudah banyak patah dan diikat hanya dengan tali plastik.


 Rumah berukuran 4 X 6 meter tersebut terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Salah satu kamar tidur tersebut tidak menggunakan ranjang, kasur yang sudah nampak lusuh digelar diatas tikar tanpa sprey ataupun sarung bantal. Hanya satu yang menggunakan sprey namun itupun sudah kumal.

Rusaknya rumah tersebut menurut Basri sudah berlangsung bertahun-tahun. Dia tidak mampu memperbaiki rumahnya. Jangankan untuk memperbaiki rumah untuk kebutuhan sehari-haripun sulit memenuhinya . Maklum saja keseharian mereka hanya bekerja serabutan yang tidak setiap hari mendapat penghasilan.

Basri memiliki 3 orang anak, anak pertamanya terpaksa hidup di pondok setingkat SLTP yang biayanya gratis karena tidak bisa memberi biaya. Bahkan untuk biaya makannya saja Dia tidak mampu mencukupinya. Terpaksa hanya mengharapkan belas kasihan pengurus pondok, dan dua anak lainnya masih ikut bersamanya.

“Dengan kondisi rumah yang sewaktu-waktu bisa roboh dan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, saya terpaksa mengungsikan anak dan isteri saya ke rumah tetangga. Saya sendiri terpaksa tinggal sendiri dengan perasaan was-was,”kata Basri, matanya tampak berkaca-kaca.

Basri mengatakan, rumahnya sudah beberapa kali diajukan pemerintah desa untuk diperbaiki lewat program rumah tidak layak huni. Namun perbaikan tak kunjung dilakukan.

“Warga hanya siap untuk membantu tenaga bila pemerintah memberikan bantuan rutilahu, karena bila harus mengumpulkan iuran dikampung rasanya sulit dilakukan.” kata Basri.

Dia berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan perbaikan rumah seperti yang dilakukan terhadap rumah warga miskin lainnya yang kondisinya rusak. Bila tidak segera diperbaiki dikhawatirkan rumahnya sewaktu-waktu roboh terlebih saat ini musim hujan. (iwn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar